2009/09/30

SEX DAN REMAJA

PENDIDIKAN AGAMA DAN SEKS DALAM MENYIKAPI PENYIMPANGAN SEKS PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA
Oleh : Aris Sabthazi, S.Sos)
Sungguh memprihatinkan melihat beberapa survey berkaitan dengan tingkat hubungan seks pranikah di kalangan remaja. Pakar seks juga spesialis Obstetri dan Ginekologi Dr. H. Boyke Dian Nugraha, SpOG, MARS di Ciamis dalam Seminar Nasional Mengupas Pendidikan Seks (13/05/09) mengungkapkan, dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat. Dari sekitar lima persen pada tahun 1980-an, menjadi duapuluh persen pada tahun 2000.
Data terkini (24/04/09), menurut Direktur Pelaksana Daerah (Dirpelda) PKBI (Pusat Keluarga Berencana Indonesia) Ir Herdi Mansyah AIB menjelaskan jumlah keseluruhan remaja di Indonesia sekitar 62 juta orang, terdapat sekitar 15 persen dari remaja itu kedapatan telah melakukan aktivitas seksual yang kelewat batas bahkan berhubungan seks tanpa menikah lebih dulu. Beberapa aktivitas seksual yang dianggap telah menjadi bagian kehidupan remaja kita saat ini diantaranya mulai dari berciuman bibir, meraba-raba dada, "petting" (menempelkan alat kelamin), sampai melakukan hubungan seks seperti suami isteri.
Tingginya angka hubungan seks pranikah di kalangan remaja erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah aborsi saat ini, serta kurangnnya pengetahuan remaja akan reproduksi sehat. Jumlah aborsi saat ini tercatat sekitar 2,3 juta, dan 15-20 persen diantaranya dilakukan remaja. Hal ini pula yang menjadikan tingginya angka kematian ibu di Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai negara yang angka kematian ibunya tertinggi di seluruh Asia Tenggara
Cinta dan seks merupakan salah satu problem terbesar dari remaja dimanapun di dunia ini, kehamilan remaja, pengguguran kandungan, terputusnya sekolah, perkawinan usia muda, perceraian, penyakit kelamin, penyalahgunaan obat. Itu semua merupakan akibat buruk dari “petualangan“ cinta dan seks yang salah dibuat remaja.
Menurut WHO remaja adalah suatu masa dalam hidup manusia yang banyak mengalami perubahan pancaroba yaitu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa peralihan terjadi percepatan pertumbuhan dalam segi fisik maupun psikis. Baik ditinjau dari bentuk badan, sikap, cara berpikir dan bertindak Mereka bukan lagi anak-anak. Mereka juga belum dikatakan manusia dewasa yang memiliki kematangan pikiran. Kisaran usia remaja antara usia 13 hingga 24 tahun (Zakiyah Daradjat, 1975).
Matangnya alat kelamin sekunder di usia 13–15 tahun pada pria dan diusia 12-14 tahun pada wanita terjadi perubahan fisik dan emosi. Mereka masuk ke dalam masa pubertas. Masa ini dikenal sebagai masa peralihan dari masa anak-anak menjadi dewasa muda. Salah satu perubahan terpenting dengan matangnya alat kelamin sekunder tadi yaitu mulai tertarik dengan lawan jenisnya. Kenikmatan tentang seks dan cinta yang ditawarkan oleh berbagai informasi baik dari majalah, tayangan televisi, musik, sinetron, film, internet mengakibatkan fantasi-fantasi seks yang berkembang dengan cepat. Dan bagi mereka yang tidak memiliki bekal agama, moral dan pengetahuan seks, fantasi-fantasi seks itu disalurkan dan dibuktikan melalui perilaku seks bebas maupun perilaku seks pra nikah saat mereka pacaran.
Dalam penelitian remaja di Amerika Serikat yang dibukukan dalam judul The Gallup Youth Survey: Major issues and Trends Teens & Sex, yang ditulis oleh Hal Marcovitz (2007) diterangkan bahwa remaja tampaknya tahu bahwa melakukan hubungan seks adalah salah, akan tetapi remaja memang sering merasa bahwa tindakan melanggar peraturan merupakan hal yang mengasyikkan. Ciri khas remaja adalah bangga bila dapat menantang masalah; ini merupakan bagian dari masa akil balig dan mereka beranggapan hal itu hanya berbentuk kesenangan yang tidak berbahaya yang tidak berdampak panjang. Akan tetapi, dampak perilaku seks remaja dapat membebani sepanjang hidupnya (Marcovitz, 2007 : 12).
Pendidikan merupakan salah satu sarana penyampaian informasi kepada individu atau kelompok dengan tujuan memberikan kesadaran atau pencerahan tentang pengetahuan dan gambaran dari sesuatu hal yang telah, sedang, dan akan terjadi. Perilaku remaja yang secara perkembangan biologisnya telah beranjak matang, yang secara alamiahnya telah siap untuk berreproduksi, hal ini akan berdampak dua hal pertama menghasilkan penyaluran yang sesuai pada tempatnya atau menyimpang. Penyimpangan individu dalam menyalurkan potensi dorongan/hasrat biologisnya itu bisa disebabkan ketidakpahaman atau ketidaktahuannya tentang pandangan agama dan pengetahuan seksnya.
Pemberian pengetahuan agama dan pengetahuan seks dan akibatnya dapat dilakukan oleh lembaga formal dan lembaga non formal. Sekolah dapat memberikan informasi tentang pola pergaulan yang bermoral seperti menggunakan busana menutup aurat, tidak berduaan atau bercampur baur antar lawan jenis, menundukan pandangan, tidak bersentuhan kulit dan berusaha menghindari informasi-informasi seks yang tidak benar dan tidak sehat seperti seperti film porno, majalah porno, situs-situs porno, musik.
Disamping itu juga perlu memberikan pengetahuan seks yang sehat dan benar, seperti dasar-dasar reproduksi, penyakit kelamin, penyakit seks menular, kemampuan menahan diri tidak melakukan hubungan seks sampai menikah, aborsi, narkoba, alkohol, serta jalinan komunikasi yang terbuka-komunikatif-edukatif antara guru, orang tua, siswa tentang masalah seks, disamping pengawasan dari masyarakat secara terus-menerus.

Dengan berfungsinya pendidikan agama dan pengetahuan seks di lingkungan formal dan non-formal, pemahaman agama dan norma sosial yang baik juga disertai kontrol sosial yang efektif harapan tumbuhnya kesadaran dan tanggung jawab sosok remaja yang sehat, sopan dan religius dapat terbentuk.
Marilah di bulan yang suci ini, Ramadhan 1430 h, kita jadikan moment ini sebagai ajang untuk mengevaluasi diri dan melatih diri sesuai fitrah yang Allah SWT inginkan yaitu menjadi insan yang beriman dan bertaqwa.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghifari, Abu. 2004. Gelombang Kejahatan Seks Remaja Modern. Bandung: Mujahid.

Akhmad Azhar Abu Miqdad. 1997, Pendidikan Seks Bagi Remaja. Yogyakarta: Mitra Pustaka

Hasan Basri, Drs., 1996. Remaja Berkualitas, Problematika Remaja dan Solusinya. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Marcovitz, Hal. 2007. The Gallup Youth Survey: Major issues and Trends Teens & Sex. Bandung : Pakar Raya Pustaka

Data Penulis:
) Nama : Aris Sabthazi, S.Sos
Pekerjaan: Guru Sosiologi SMA Negeri 1 Subang - Kuningan dan alumni BATIC (Balai Jurnalistik) ICMI JABAR
Tempat, Tanggal, Lahir: Cirebon, 5 April 1980
Alamat: Jln. Manggis, No.24. BTN. Kalijaga Permai Timur Raya.RT/RW: 02/12. Kel: Kalijaga. Kec: Harjamukti Kota Cirebon, 45144.
No. HP: 081320455452
No. KTP: 3274050504800007

SMAN 1 SUBANG MENUJU SEKOLAH STANDAR NASIONAL



Lahirnya PP Nomor 19 tentang Standar Nasional pendidikan yang didalamnya antara lain mengatur tentang standarisasi sekolah berdasarkan 3 (tiga) kategori, yaitu sekolah berdasar kateegori standar, mandiri dan internasional, merupakan kewajiban semua pihak untuk menindaklanjuti kebijakan tersebut dengan action, sehingga tujuan dan harapan pemerintah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan segera terwujud.
SMA Negeri 1 Subang kuningan yang merupakan bagian didalamnya merasa termotivasi untuk dapat mencapai kategori terbaik, walaupun dengan cara pencapaian secara bertahap dan berkesinambungan. Penyempurnaan dalam kerangka perbaikan dan pengembangan senantiasa dilakukan dengan titik sentral pada Standar Nasional Pendidikan, meliputi :
1.Pemenuhan standar Isi dan SK
2.Pemenuhan Standar Proses
3.Pemenuhan Standar Pendidik
4.Pemenuhan Standar Sarana
5.Pemenuhan Standar Pengelolaan
6.Pemenuhan Standar Pembiayaan
7.Pemenuhan Standar Penilaian
8.Pemenuhan dukungan internal dan eksternal


Dengan terpenuhinya Standar Nasional Pendidikan diharapkan SMA Negeri 1 Subang Kuningan menjadi Sekolah Kategori Mandiri antara lain :
1.Terwujudnya perluasan dan pemerataan pendidikan melalui kesempatan memperoleh
pendidikan di sekolah.
2.Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan melalui penyelenggaraan pembelajaran
yang bermutu.
3.Terciptanya School-Based Management (SBM) dalam rangka meningkatkan dan efesiensi
penyelenggaraan pendidikan di sekolah, dan
4.Adanya peningkatan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan


Setelah terwujudnya SMA Negeri 1 Subang Kuningan menjadi Sekolah Kategori Mandiri diharapkan terjadi hal-hal sebagai berikut :
1.Pemenuhan standar isi dan SKL
a.Pembelajaran tatap muka menjadi terstruktur dengan baik, termasuk didalamnya
terdapat pengaturan beban per mata pelajaran berdasarkan identifikasi SK/KD
b.Silabus sesuai dengan hasil identifikasi SK/KD

2.Pemenuhan Standar Proses
a.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dikembangkan untuk pembelajaran
tatap muka, kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur
b.Pengembangan bahan ajar dalam bentuk cetakan
c.Pengembangan bahan ajar berbasis ICT/TIK
d.Penyususnan rencana pembelajaran dengan system siswa pindah ruang kelas
e.Penyusunan program layanan konsultasi/ penasehat akademik per mata pelajaran
untuk mengakomodasi siswa yang harus mengikuti program remedial
f.Penyusunan kegiatan pemanfaatan perpustakaan dalam kegiatan pembelajaran
g.Penyusunan Program Remedi berkelanjutan di setiap semester

3.Pemenuhan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
a.Peningkatan peran guru bimbingan/konselor dalam pemberian layanan konseling bagi
peserta didik baik akademik maupun non akademik
b.Peningkatan kemampuan guru dalam pengembangan bahan ajar berbasis ICT/TIK

4.Pemenuhan Standar Sarana
a.Pengadaan buku referensi untuk guru
b.Pengembangan perpustakaan berbasis TIK berkaitan dengan pengadaan perangkat
lunak/software
5.Pemenuhan Standar Pengelolaan
a.Penyusunan pedoman pengelolaan sekolah dalam rangka pelaksanaan sekolah kategori
mandiri dan SKS
b.Penyusunan pedoman pembelajaran tatap muka, kegiatan terstruktur dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur
c.Penyususunan program pengembangan diri yang mencakup layanan konseling dan
peningkatan kreatifitas siswa
d.Peningkatan pengelolaan sistem informasi manajemen berbasis ICT/TIK untuk
mendukung administrasi pendidikan

6.Pemenuhan Standar Penilaian
a.Analisis hasil daya serap soal ujian nasional untuk meningkatkan mutu
pembelajaran yang diujikan pada ujian nasional
b.Pengembangan bahan penilaian untuk kegiatan pembelajaran tatap muka, kegiatan
terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur pada setiap mata pelajaran